Perkelahian Antara Penggemar Korean Pop di Media Sosial
Adanya pengaruh budaya
korea yang masuk ke dalam negeri berupa serial drama pada awal tahun 2000-an
merupakan awal dari berkembangnya budaya korea di Indonesia. Tidak hanya di
dalam negeri budaya korea juga menerpa hampir seluruh negara tidak dapat
dipungkiri bahwa Korea Selatan telah mengungguli negara asia lainnya dalam
bidang entertainment bahkan invasi Korea ke Jepang lebih dulu terjadi dapat dilihat
dari banyaknya para boybandp dan girlband yang berasal dari Korea Selatan yang
melakukan debut di Jepang sebagai bentuk untuk menyebarkan pengaruh Korean Wave
atau kepopuleran budaya korea yang dinamai wartawan China yang lebih luas.
Mereka pun membuat lagu versi Jepang dan memiliki agensi tersendiri di Jepang. Dampak yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada tahun 2010 saat banyaknya remaja-remaja Indonesia yang terinspirasi untuk membuat boygroup atau boyband di bawah naungan agensi yang berada di Indonesia. Agensi musik di tanah air berlomba-lomba untuk mendebutkan boyband sehingga pada tahun 2010 terjadi demam boyband contohnya seperti SM*SH,XO9,Hitz. Setelah itu banyak agensi yang mendebutkan girlband seperti Cherrybelle dan Supergirlies. Sayangnya trend boyband dan girlband di tanah air tidak bertahan lama. Kejenuhan remaja Indonesia terhadap konsep boyband dan girlband Indonesia yang terlalu biasa dan terlalu mengikuti style Korea membuat industri boyband dan girlband di Indonesia mengalami keruntuhan. Tetapi tidak untuk Korean Wave yang semakin merajalela di Indonesia semakin banyaknya penggemar Korean Pop (K-POP) di Indonesia telah dibuktikan dengan banyaknya promotor yang mengundang para artis untuk menggelar konser,fansign dan fanmeeting di Jakarta.
Mereka pun membuat lagu versi Jepang dan memiliki agensi tersendiri di Jepang. Dampak yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada tahun 2010 saat banyaknya remaja-remaja Indonesia yang terinspirasi untuk membuat boygroup atau boyband di bawah naungan agensi yang berada di Indonesia. Agensi musik di tanah air berlomba-lomba untuk mendebutkan boyband sehingga pada tahun 2010 terjadi demam boyband contohnya seperti SM*SH,XO9,Hitz. Setelah itu banyak agensi yang mendebutkan girlband seperti Cherrybelle dan Supergirlies. Sayangnya trend boyband dan girlband di tanah air tidak bertahan lama. Kejenuhan remaja Indonesia terhadap konsep boyband dan girlband Indonesia yang terlalu biasa dan terlalu mengikuti style Korea membuat industri boyband dan girlband di Indonesia mengalami keruntuhan. Tetapi tidak untuk Korean Wave yang semakin merajalela di Indonesia semakin banyaknya penggemar Korean Pop (K-POP) di Indonesia telah dibuktikan dengan banyaknya promotor yang mengundang para artis untuk menggelar konser,fansign dan fanmeeting di Jakarta.
Di era teknologi
seperti sekarang ini tidak sulit bagi remaja yang berusia 12-16 tahun untuk
menggunakan smartphone dan mengakses sosial media. Para penggemar K-Pop di
Indonesia memiliki kesulitan yaitu berupa jarak untuk bertemu dengan idola
mereka sehingga media sosial berupa twitter,line dan facebook merupakan cara
termudah untuk melakukan kegiatan fangirling. Korea Selatan yang memiliki
industri musik besar memilki jumlah boygroup dan girlgroup yang tidak dapat
dihitung menggunakan jari. Perbedaan gaya musik,pakaian dan agensi membentuk berbagai
kubu-kubu penggemar yang biasa disebut fandom.
Di Indonesia terdapat berbagai penggemar dari berbagai fandom, mereka
sangat aktif menggunakan media sosial untuk membahas kegiatan idola mereka.
Para penggemar biasanya membentuk grup di line dan membuat akun instagram untuk
melakukan kegiatan fangirling. Sayangnya tidak semua penggemar menyukai semua
boyband atau girlband selain idola mereka.
Mereka yang tidak menyukai salah satu boyband atau girlband ini melakukan penghinaan atau menjelek-jelekan boyband atau girlband lain. Hal ini menjadi pemicu adanya perkelahian antar penggemar di media sosial atau fanwar. Untuk fanwar sendiri sering terjadi di kolom komentar Instagram dengan melibatkan dua fandom atau 3 fandom. Kegiatan fanwar memang terlihat biasa saja tetapi dapat berdampak sangat fatal contohnya kasus Cinta Kuya yang dibully oleh salah satu penggemar K-Pop saat melakukan give away atau pemberian tiket secara gratis dengan beberapa ketentuan, kasus ini hampir dibawa ke ranah hukum oleh sang Ayah dikarenakan adanya cyber bullying yang dilakukan. Kemudian banyaknya remaja yang masih dibawah umur yang telah berkelahi di media sosial menggunakan kata-kata kotor sangat tidak baik untuk perkembangan psikologis mereka.
Mereka yang tidak menyukai salah satu boyband atau girlband ini melakukan penghinaan atau menjelek-jelekan boyband atau girlband lain. Hal ini menjadi pemicu adanya perkelahian antar penggemar di media sosial atau fanwar. Untuk fanwar sendiri sering terjadi di kolom komentar Instagram dengan melibatkan dua fandom atau 3 fandom. Kegiatan fanwar memang terlihat biasa saja tetapi dapat berdampak sangat fatal contohnya kasus Cinta Kuya yang dibully oleh salah satu penggemar K-Pop saat melakukan give away atau pemberian tiket secara gratis dengan beberapa ketentuan, kasus ini hampir dibawa ke ranah hukum oleh sang Ayah dikarenakan adanya cyber bullying yang dilakukan. Kemudian banyaknya remaja yang masih dibawah umur yang telah berkelahi di media sosial menggunakan kata-kata kotor sangat tidak baik untuk perkembangan psikologis mereka.
Hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara
yaitu pertama, jadilah penggemar yang cerdas dengan tidak mengikut sertakan
diri jika terjadi fanwar antar penggemar. Kedua, dukunglah idola kalian secara
sehat dengan membeli album dan tidak mengunduh lagu mereka secara illegal.
Terakhir, idolakan idola kalian secara wajar dan tidak berlebihan sehingga
menjadi boomerang untuk diri sendiri. Perbedaan pendapat bagi para penggemar
K-Pop memang tidak akan ada habisnya,tetapi sebagai penggemar yang menjunjung
tinggi perdamaian maka harus saling mendukung dan mencintai. Saranghaja!!!!
Daftar
Pustaka :
Rustadi,Pettisa.2012.”Korean Wave Sebagai Instrumen Diplomasi
Korea Selatan Dilihat Paradgima
Realisme,Liberalisme dan Konstruktivisme”.Depok
Pertiwi,Sella Ayu.2013.”Konformitas dan
Fanatisme Pada Remaja Korean Wave (Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans
Club ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda”.Samarinda:
eJournal Psikologi, 2013, 1 (2): 157-166
Kurniati,Astiwi.,Indiati.2015.” Dampak Demam Virus
Korea Terhadap Identitas Diri Remaja”.Magelang: Jurnal
TRANSFORMASI Vol.11 No.1 2015
Comments
Post a Comment